Indonesia sebagai negeri agraris yang mempunyai potensi sebagai eksportir besar dunia. Termasuk komoditas buah jeruk. Namun, harapan ini belum dapat terwujud karena berbagai permasalahan. Salah satunya adalah cara pembibitan tanaman jeruk yang kurang baik.
Kesalahan dalam memilih benih akan berakibat fatal. Salah satu cara untuk mendapatkan benih yang bermutu adalah dengan melakukan okulasi, yaitu menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada batang atas dengan sifat unggul yang terdapat pada batang bawah.
Tujuannya adalah untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan tanaman aslinya. Di Indonesia, okulasi merupakan cara yang lebih dianjurkan untuk perbanyakan tanaman jeruk besar secara komersial.
Keuntungan dari okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih cepat dan hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Batang bawah yang digunakan untuk okulasi adalah jenis jeruk lokal ‘Japanese Citroen‘ (JC) dan ‘Rough Lemon’ (RL).
Batang bawah ini banyak digunakan di Indonesia karena mempunyai keunggulan – keunggulan, salah satunya yaitu adanya kecocokan antara batang bawah dan batang atas sehingga memberikan pengaruh positif terhadap kelangsungan hidup tanaman dan produktivitasnya.
Hasil penelitian Hodijah (2012) pemakaian Understem Japanese Citroen dan Rough Lemon memberikan pertumbuhan vegetatif yang sama terhadap tanaman jeruk besar kultivar Cikoneng. Batangatas yang biasanya disebut entres adalah calon bagian atas atau tajuk tanaman yang di kemudian hari akan menghasilkan buah berkualitas unggul.
Batang atas ini dapat berupa mata tunas tunggal yang digunakan dalam teknik okulasi ataupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas atau ranting dengan tunas pucuk yang digunakan dalam sambungan (grafting). Entres inilah yang disambungkan pada batang bawah untuk menggabungkan sifat-sifat yang unggul dalam satu bibit tanaman. Oleh karena itu entres sebagai batang atas harus diambil dari pohon induk yang sudah diketahui betul sifat unggulnya.
Entres yang digunakan dalam okulasi harus dalam keadaan segar, akan tetapi kenyataan di lapangan sering terjadi penundaan penggunaan bahan entres yang sudah diambil. Entres tidak segera diokulasikan karena terhambat waktu dan jarak dengan lokasi pembibitan.
Penundaan ini dapat diatasi dengan menyimpan entres dalam media pembungkus agar kelembaban dan kesegaran entres dapat terjaga dengan baik. Dalam perbanyakan secara vegetatif, jarak antara tempat mengerjakan okulasi dan sumber pohon induk biasanya berjauhan, kadang bisa antar pulau.
Selain itu, jumlah pohon yang akan diokulasi sangat banyak sehingga okulasi sulit diselesaikandalam waktu satu hari sehingga entres harus dikemas kembali dan disimpan karena tertundanya waktu okulasi. Pembungkusan entres tidak mempengaruhi persentase keberhasilan okulasi jadi, jumlah daun, panjang tunas, dan persentase okulasi tumbuh pada jeruk manis.